Salah
satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah sampah
sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelolah dengan baik. Bagi masyarakat
pedesaan, sampah mungkin belum menjadi masalah serius. Tapi, tidak demikian
dengan masyarakat yang tinggal di kota atau di daerah padat penduduk.
Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banya sekali sampah.
Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul
tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau
tidak sedap. Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular.
Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru- paru, dan pernapasan.
Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk membuang sampah
sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai
dan saluran air. Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering
terjadi banjir jika hujan lebat.
Sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah berasal dari
rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dsb.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi sampah organik atau sampah basah,
contoh sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah termasuk sisa
buah yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
Kemudian sampah an organik atau sampah
kering, contoh logam, besi, kaleng, plastik, karet juga botol yang
tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. Selain itu sampah
berbahaya, contoh baterai, botol racun nyamuk termasuk jarum suntik
bekas.
Permasalahan sampah di Indonesia antara
lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya
tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang
dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan
udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
Alternatif
Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. ‘Landfill’ bukan
merupakan alternatif yang sesuai, karena ‘landfill’ tidak berkelanjutan dan
menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus
bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur ulang
semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam,
sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam.
Untuk
mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus
diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Dari pada mengasumsikan bahwa
masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimalisasi
sampah harus dijadikan prioritas utama. Sampah yang dibuang harus dipilah,
sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal,
daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada
saat ini. Industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua
jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak
dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang
mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari
keduanya.
Sebagai
tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk
sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang perlu
dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang.
Produksi
Bersih dan Prinsip 4R
Produksi Bersih (Clean Production)
merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan
untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya,
mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan
limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip
produksi bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam
keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4R yaitu Reduce (Mengurangi),
sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
Kemudian reuse (memakai kembali), sebisa
mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang), yaitu sebisa
mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, karena tidak
semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri
non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain.
Replace ( Mengganti), teliti barang yang
kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai
barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya ganti kantong kresek kita
dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan
ini tidak bisa didegradasi secara alami.
No comments:
Post a Comment